Tingkatkan Inklusifitas Layanan, Mengintip Keseruan Petugas Imigrasi Surabaya Belajar Bahasa Isyarat

Penggunaan bahasa isyarat dalam kegiatan kegiatan pemberian informasi layanan bukanlah hal baru. Di beberapa instansi seperti kepolisian telah menerapkan penggunaan bahasa isyarat BISINDO dalam kegiatan konferensi pers kepada media.

Pada masa pandemi COVID-19, pemberian informasi melalui konferensi pers juga melibatkan tenaga praktisi bahasa isyarat untuk memberikan informasi. Hal ini tentu bertujuan untuk memberikan informasi yang sama kepada masyarakat penyandang disabilitas yang lebih akrab disapa dengan teman Tuli.

Dalam hal memberikan layanan yang inklusif bagi seluruh warga masyarakat tanpa kecuali, Imigrasi Surabaya juga bergerak ke arah yang sama. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi kepada para petugas dan juga pegawai untuk mendapatkan pengetahuan bahasa isyarat dasar.

“Hal ini bertujuan agar dunia ini lebih ramah kepada setiap individu tanpa dihalangi keterbatasan komunikasi,” ujar Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Ika Rahmawati dalam sambutannya, Kamis (15/02).

Bertempat di Aula Imigrasi Surabaya, sejumlah pegawai yang sehari-hari bertugas di layanan prioritas dan pemeriksaan imigrasi Bandara Juanda menghadiri pelatihan tersebut. Pembelajaraan juga bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman saat bertugas memeriksa teman Tuli dalam hal keimigrasian.

Secara umum, Bahasa isyarat merupakan bahasa yang menggunakan gerakan-gerakan tertentu sebagai simbol bahasa lisan yang mengkombinasikan gerak tangan atau badan serta mimik wajah. Penggunaannya banyak dipakai oleh orang Tuli. Bahasa isyarat antara satu negara bahkan dalam satu daerah pun bisa berbeda-beda.

Sedangkan, Bahasa isyarat yang banyak digunakan di Indonesia terdiri dari 2 (dua) macam yaitu BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). BISINDO merupakan bahasa isyarat yang dibentuk oleh kelompok Tuli dan sering ditemukan serta digunakan. Penyampaian BISINDO dilakukan oleh gerakan dua tangan.

Sedangkan SIBI merupakan bahasa isyarat yang diadopsi dari bahasa isyarat Amerika dan penyampaiannya menggunakan gerakan satu tangan. Konsep SIBI ini dianggap lebih sulit dan rumit jika dibandingkan BISINDO. Penggunaan BISINDO lebih banyak digunakan di Indonesia karena dianggap lebih mudah jika dibandingkan dengan konsep SIBI.

“Menurut saya, acara ini sangat bagus. Peserta dapat memahamiberbagai aspek dan sudut pandang dalam dunia Tuli. Sehingga petugas daapat memberikan akses dan fasilitas khususnya saat di bandara ataupun layanan lainnya,” ujar Ika Wirawan, narasumber Pubisindo Cabang Jawa Timur.

Dalam kegiatan itu peserta mempelajari banyak dalam percakapan isyarat dasar seperti abjad, angka dan huruf, ucapan dan salam, perkenalan, waktu, lokasi, arah dan juga materi untuk petugas wawancara paspor dan petugas imigrasi di bandara.

“Acara ini sangat bagus. Tentunya pelatihan dari BISINDO ini dapat membantu pekerjaan kami saat bertemu teman-teman Tuli,” ujar Selly salah satu pegawai Imigrasi Surabaya.

Respon positif lain juga datang dari dr. Christian, seorang dokter Karantina Kesehatan. Menurutnya bahwa kegiatan ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam hal pelayanan.

“Saya rasa Bahasa isyarat sangat bermanfaat untuk memberikan pelayanan public yang prima dan berkualitas bagi masyarakat berkebutuhan khusus,” ujarnya.