Golden Visa, Menuju Indonesia Emas 2045?

 

Oleh: Firdia Fidayanti

Inovasi Golden Visa sebagai kebijakan izin tinggal keimigrasian adalah terobosan baru yang bertujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi di Indonesia. Diluncurkan oleh Presiden RI pada 25 Juli 2024, Golden Visa bukan sekadar fasilitas keimigrasian, tetapi langkah strategis untuk mempersiapkan Indonesia menyambut visi “Indonesia Emas 2045”. Kebijakan ini dirancang agar para investor asing merasa nyaman dan aman berinvestasi di tanah air, terutama pada proyek-proyek strategis yang mampu menghasilkan multiplier effect signifikan bagi perekonomian kita.

Pada Kamis, 19 September 2024, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya turut menghadiri sosialisasi Golden Visa yang diadakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur. Sosialisasi ini tidak hanya memperkenalkan kebijakan baru, tetapi juga menyoroti potensi investasi di Jawa Timur, seperti proyek besar Smelter Tembaga Freeport di Gresik. “Kami berharap Golden Visa dapat meningkatkan daya tarik Jawa Timur di mata investor asing, mengingat provinsi ini memiliki banyak proyek strategis nasional,” ujar Kepala Bidang Dokumen Perjalanan dan Izin Tinggal Keimigrasian yang mewakili Kantor Imigrasi Surabaya dalam acara tersebut.

Golden Visa: Fasilitas Eksklusif bagi Investor Global

Golden Visa menawarkan berbagai keistimewaan bagi para pemegangnya, termasuk masa tinggal yang panjang hingga 10 tahun, prioritas layanan keimigrasian di bandara internasional, dan kemudahan tanpa perlu memperbarui izin tinggal terbatas (ITAS) di kantor imigrasi. Program ini juga terbagi dalam beberapa kategori, seperti Investor Perorangan, Investor Korporasi, Eks Warga Negara Indonesia, Keturunan Eks Warga Negara Indonesia, Second Home, Talenta Global, hingga Tokoh Dunia.

Salah satu aspek menarik dari Golden Visa adalah visinya untuk menghadirkan “multiplier effect” yang luas, baik dalam bentuk capital gain, kesempatan kerja baru, hingga peningkatan kualitas SDM. Misalnya, investor yang terlibat dalam proyek Smelter Tembaga Freeport tidak hanya membantu meningkatkan devisa, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru untuk masyarakat sekitar. “Dengan adanya Golden Visa, kami optimis bahwa Jawa Timur akan menjadi salah satu provinsi unggulan yang siap menyambut para investor kelas dunia,” kata salah satu pejabat dari Kanwil Kemenkumham Jawa Timur dalam pidatonya.

Menangkap Peluang di Tengah Persaingan Regional

Kebijakan ini muncul di tengah kompetisi negara-negara ASEAN untuk menarik investasi global. Negara-negara seperti Singapura dan Malaysia sudah lebih dulu menawarkan program serupa, sehingga Golden Visa diharapkan mampu membuat Indonesia lebih kompetitif. Dalam hal ini, kebijakan Golden Visa memberikan sinyal positif bahwa Indonesia serius ingin menjadi tujuan investasi unggulan.

Namun, ada tantangan yang harus dihadapi. Para pengamat menyebutkan bahwa selain menawarkan fasilitas menarik, pemerintah juga harus memastikan infrastruktur dan regulasi yang mendukung kenyamanan dan keamanan para investor. “Golden Visa hanyalah gerbang masuk; tantangan terbesar ada pada pelaksanaan kebijakan yang konsisten dan ramah investasi,” ungkap salah satu narasumber dari lingkungan Kemenkumham yang hadir dalam acara tersebut.

Menyongsong Indonesia Emas 2045

 

Dengan semakin banyaknya proyek strategis di Indonesia, Golden Visa diharapkan menjadi magnet bagi talenta global dan investor kelas dunia yang dapat mendukung visi Indonesia Emas 2045. Bukan tidak mungkin, di masa depan, kita akan melihat Indonesia sebagai pusat inovasi, perdagangan, dan ekonomi kreatif yang terintegrasi secara global. Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Timur, “Golden Visa bukan hanya investasi bagi perekonomian, tetapi juga investasi bagi masa depan bangsa.”

Golden Visa telah membuka peluang besar untuk Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Kini, langkah selanjutnya adalah memastikan kebijakan ini dapat berjalan optimal dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat serta pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

Di Balik Gitar dan Seragam: Novrian Jaya, Harmoni Impian dan Dedikasi Negeri

Oleh: Rizal Rahmat Darmawan

Di bawah terik panas Sidoarjo, Tim Buletin Wani! berkesempatan untuk berbincang dengan Novrian Jaya, sosok sentral di bidang pengawasan dan penindakan keimigrasian. Sebagai Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Imigrasi (Inteldakim), perannya sangat penting dalam memastikan kepatuhan warga negara asing terhadap hukum di Surabaya.

Saat kami memasuki ruang kerjanya, suasana terasa hangat meski formal. Ada satu benda yang mencuri perhatian kami: gitar dengan sound amplifier yang terpasang rapi. “Silakan masuk,” sapanya ramah. Ketertarikan kami pada gitar itu mencairkan suasana, dan Novrian tersenyum ketika menjelaskan, “Iya, saya suka bermain musik, cukup lihai main gitar,” ujarnya seraya memperlihatkan gitarnya.

Semasa muda, ternyata Novrian pernah bercita-cita menjadi musisi. Terinspirasi oleh kakaknya yang memiliki koleksi kaset musik rock tahun 90-an, kecintaan itu tidak pernah benar-benar hilang meski akhirnya ia memilih berkarir di bidang imigrasi. 

Nama Penuh Makna

Dalam percakapan kami, Pak Novrian menceritakan asal-usul namanya yang ternyata memiliki kisah unik. “Nama saya, Novrian Jaya, diambil dari ‘November’ dan ‘Irian Jaya’. Ketika saya lahir, ayah sedang berdinas di Papua, dan ibu turut menemani,” kenangnya. Meskipun belum pernah kembali ke Irian Jaya, tempat itu tetap menyimpan makna khusus dalam hidupnya.

Pengaruh Keluarga dan Perjalanan Hidup

Lahir di Papua dan tumbuh besar di Jakarta, Novrian menempuh pendidikan dasar hingga menengah di ibu kota.  Lulus SMA pada tahun 2000, ia bergabung dengan Akademi Imigrasi (AIM) untuk mengejar karir yang lebih stabil. Selama di AIM, prestasinya gemilang hingga memperoleh beasiswa dari kerjasama AIM dengan Universitas Padjadjaran (UNPAD) untuk melanjutkan studi S1 Hukum. Dengan tekad yang tinggi, Novrian berhasil membagi waktu antara tugas di Direktorat Jenderal Imigrasi dan studi hukumnya.

Sebagai putra seorang ASN yang sering bertugas berpindah-pindah, Novrian bercerita bagaimana momen kepulangan sang ayah selalu dirindukan oleh keluarganya. “Ayah adalah petugas imigrasi yang sering ditugaskan ke berbagai wilayah Indonesia, sementara kami tinggal di Jakarta bersama ibu,” tuturnya. Kenangan itu membuat Novrian kini menghargai setiap waktu bersama keluarganya, sama seperti kebersamaan yang ia rindukan saat kecil.

 

Meniti Tangga Karir dengan Semangat Kekeluargaan

Novrian menjalani berbagai penempatan di Indonesia, dan setiap lokasi memberikan tantangan tersendiri. Salah satu pengalaman yang berkesan baginya adalah saat bertugas di Maumere, di mana ia menghadapi beragam masalah yang memacu semangatnya untuk bekerja lebih keras. “Di setiap tempat tugas, saya berusaha menerapkan sistem kekeluargaan,” jelasnya. Menurutnya, hubungan baik antaranggota tim adalah kunci keberhasilan.

Di Kantor Imigrasi Surabaya, terutama di bidang Inteldakim, Novrian bertekad membangun dan mempertahankan rasa kekeluargaan yang erat untuk menghadapi tugas-tugas pengawasan. “Wilayah kerja yang luas dan jumlah warga negara asing yang banyak membuat tantangan di lapangan sangat tinggi, jadi kita butuh tim yang solid,” katanya.

Menantang Diri untuk Masa Depan

Saat kami menanyakan rencana masa depannya, Novrian dengan tegas menyatakan keinginan untuk terus berkarir di instansi ini. “Saya suka tantangan dan selalu tertarik menyelesaikan masalah baru. Harapan saya, dalam posisi yang lebih tinggi nanti, saya bisa bertemu tantangan yang lebih besar dan terus berkembang,” ungkapnya penuh semangat.

Kisah Novrian mengajarkan bahwa perjalanan karir adalah pencapaian yang bisa diraih, namun peran sebagai sosok ayah juga tak kalah penting. Meskipun kerap jauh dari keluarga, ia menghabiskan waktu berharga bersama anak-anak dan istrinya saat pulang, memberi perhatian yang ia yakini turut membentuk karakter mereka kelak. Bagi Novrian, warisan terpenting bukan hanya kesuksesan karir, tapi juga kehadiran yang mampu membimbing keluarganya untuk menjadi pribadi yang membanggakan di masa depan.

Di Balik Gerbang Negara: Kisah Petugas Imigrasi di Tengah Kesibukan Nataru

Di penghujung tahun 2024, ketika banyak orang merencanakan liburan akhir tahun dan berkumpul bersama keluarga, ada mereka yang memilih tetap di garis depan, memastikan kelancaran arus masuk dan keluar negara. 

Di TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) Juanda Surabaya, suasana berbeda terasa. Persiapan jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) kini sedang berlangsung dengan intensitas tinggi. Tak hanya sekadar pemeriksaan, petugas di TPI Juanda mempersiapkan segala sesuatunya untuk memberikan pengalaman terbaik bagi setiap pelintas batas. Mereka berdiri di gerbang negara, memastikan bahwa setiap orang yang melintas melakukannya dengan aman dan nyaman.

Kepala Bidang Tempat Pemeriksaan, Yudhistira Yudha Permana, menjelaskan betapa pentingnya kesiapan di TPI Juanda selama masa sibuk ini. “Sesuai arahan Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya, kami akan mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam proses pemeriksaan. Setiap langkah yang kami ambil adalah untuk memastikan bahwa para pelintas bisa menjalani proses pemeriksaan tanpa hambatan,” ujarnya saat Tim Buletin WANI! mengunjungi lokasi persiapan.

Di tengah kesibukan memasang autogate baru yang diharapkan mempercepat proses pemeriksaan di masa mendatang, para petugas di TPI Juanda menghadapi kenyataan bahwa fasilitas tertentu harus sementara waktu beradaptasi. 

Beberapa konter kedatangan dan keberangkatan digantikan dengan meja biasa, dan sebagian area imigrasi terpaksa ditutup untuk proses pemasangan. Yudhistira menekankan bahwa penumpang mungkin akan merasakan sedikit ketidaknyamanan selama masa transisi ini. “Namun, kami akan tetap mengedepankan kenyamanan dan ketertiban, tanpa melupakan faktor keamanan. Ini adalah proses untuk masa depan yang lebih baik bagi seluruh penumpang,” tambahnya.

 

Tugas Berat di Tengah Liburan

Meski pekerjaan di TPI Juanda terlihat formal dan prosedural, ada sisi humanis yang jarang terlihat. Salah satu petugas yang bertugas selama periode Nataru menyampaikan bahwa bagi dirinya dan rekan-rekan, berada di sini pada momen liburan adalah bentuk pengabdian. “Kami mungkin tidak ikut merayakan liburan bersama keluarga, tapi rasanya bangga melihat orang lain bisa berkumpul dengan keluarga mereka karena kami di sini, memastikan semuanya berjalan lancar,” ujarnya dengan senyum. 

Setiap harinya, sekitar 3.000 penumpang berangkat dan 4.000 penumpang datang melalui TPI Juanda, angka yang diperkirakan akan naik tajam saat Nataru. Menyadari potensi kepadatan ini, Yudhistira bersama tim telah menyiapkan sistem antrean khusus agar tidak terjadi penumpukan di area pemeriksaan, terutama pada jam-jam sibuk pukul 09.00 dan 18.00 WIB. “Kami berupaya agar antrean tetap rapi, sehingga tidak ada waktu yang terbuang bagi para pelintas,” ujarnya sambil mengawasi kesiapan sistem antrean.

 

Teknologi untuk Kenyamanan dan Keamanan

Tidak hanya mengandalkan petugas yang sigap, TPI Juanda juga mengoperasikan Control Room dan Laboratorium Forensic Immigration Checkpoint (Clearence) untuk meningkatkan keamanan. Di Clearence ini, terdapat Immigration Alert Surveillance System yang memindai wajah penumpang secara otomatis dengan kamera canggih yang terhubung dengan sistem cekal. Tak hanya itu, sistem PAU (Passenger Analysis Unit) digunakan untuk menganalisis perilaku penumpang sebelum memasuki wilayah Indonesia. Sementara itu, Options (Overstay Payment Information System) memungkinkan pengecekan pembayaran overstay secara real-time, sehingga penumpang dapat menyelesaikan urusan administrasi dengan lebih cepat.

“Kami tidak hanya ingin mengandalkan tenaga manusia saja, teknologi juga berperan penting dalam mendukung kelancaran ini,” jelas Yudhistira. Dengan seluruh sistem yang terintegrasi, mereka berharap bahwa pengawasan bisa lebih efektif, terutama selama periode Nataru yang padat.

 

Kolaborasi yang Solid

Untuk memastikan kesiapan total, TPI Juanda juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk TNI Angkatan Laut, Bea Cukai, Balai Besar Karantina Kesehatan, PT Angkasa Pura I, serta maskapai penerbangan. “Kami menyadari, kelancaran operasional di gerbang negara ini bukan hanya tugas imigrasi saja. Semua pihak terkait harus bersinergi demi memberikan yang terbaik bagi penumpang,” tutur Yudhistira.

Periode Nataru bagi para petugas di TPI Juanda bukan sekadar musim sibuk biasa, melainkan kesempatan untuk menunjukkan dedikasi yang jarang terlihat. Mereka berdiri tegap di gerbang negara, bekerja di balik layar saat sebagian besar masyarakat menikmati momen liburan. Untuk para petugas yang rela berkorban waktu bersama keluarga, inilah bentuk pelayanan nyata, memastikan bahwa gerbang negara terbuka lebar dan aman bagi mereka yang ingin masuk dan keluar, membawa cita rasa aman di setiap perjalanan.

Autogate Juanda: Teknologi Baru, Sorotan Menkumham

 

Oleh: Shofia Trianing Indarti

 

Dalam langkah besar menuju peningkatan pelayanan publik yang lebih efisien dan aman, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya memperkenalkan teknologi autogate di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Juanda. Inovasi ini merupakan hasil kerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk menjawab tantangan tingginya jumlah perlintasan orang yang masuk dan keluar melalui TPI Juanda, terutama pada waktu-waktu sibuk saat beberapa pesawat datang atau berangkat secara bersamaan. 

Teknologi autogate yang diterapkan menggunakan sistem biometrik dan validasi dokumen otomatis untuk memastikan pemeriksaan berjalan cepat tanpa kontak fisik, sebuah langkah maju yang juga diterapkan sebelumnya di bandara utama seperti Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai. Dalam sambutannya, Direktur Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian, Chicco Ahmad Muttaqin, menjelaskan, “Autogate memungkinkan identifikasi seseorang melalui face recognition dan validasi paspor secara otomatis. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pemeriksaan, tetapi juga menekan risiko penyalahgunaan identitas.” 

Acara Kick-off Meeting yang diadakan pada 6 September 2024 menandai awal dari proyek revitalisasi yang diselenggarakan di Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda, dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan penting seperti GM Angkasa Pura, Chicco Ahmad Muttaqin, Kepala Kantor Imigrasi Surabaya Ramdhani, serta perwakilan stakeholder dari lingkungan bandara. Dalam tahap awal, sebanyak 28 unit autogate akan dipasang—10 unit di area keberangkatan dan 18 unit di area kedatangan, dengan dukungan PT Sinergi Teknoglobal Perkasa sebagai kontraktor proyek.

Kunjungan Menkumham: Dukungan Penuh dan Pengawasan Langsung

Tiga minggu setelah kick-off meeting, Menteri Hukum dan HAM, Supratman Andi Agtas, melakukan kunjungan langsung untuk memantau perkembangan proyek. Dalam kunjungan yang dilakukan pada 28 September 2024 ini, Menkumham ditemani Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jatim dan Kepala Kantor Imigrasi Surabaya, menunjukkan dukungan pemerintah dalam mempercepat implementasi autogate di Juanda. Kunjungan ini juga mencakup peninjauan langsung terhadap area keberangkatan khusus umrah yang saat ini mengalami peningkatan penumpang akibat tingginya frekuensi penerbangan umrah yang dilayani oleh maskapai Lion Air, Batik Air, dan Citilink.

 

Dalam percakapannya dengan tim Humas Kantor Imigrasi Surabaya, Menkumham menekankan pentingnya pelaksanaan pekerjaan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang ketat untuk menghindari keluhan masyarakat. “Bekerjalah dengan baik, sesuai SOP, dan tidak menyalahgunakan wewenang,” pesan Menkumham. 

Tantangan dan Harapan: Autogate untuk Kemudahan, Keamanan, dan Efisiensi

Tidak hanya mempercepat proses imigrasi, kehadiran autogate diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui peningkatan jumlah penumpang internasional. Hingga saat ini, TPI Juanda telah mencatatkan Rp33,1 miliar dari PNBP, dengan mayoritas berasal dari Visa on Arrival (VoA) dan sisanya dari denda terkait pelanggaran imigrasi. Jumlah penumpang yang terus meningkat, rata-rata mencapai 3.265 penumpang yang berangkat dan 3.384 penumpang yang datang setiap harinya, membawa tantangan baru bagi pengelola bandara dalam hal pelayanan prima dan penataan ulang fasilitas.

Autogate ini tidak hanya sebagai solusi praktis di era modern, tetapi juga langkah besar dalam menghadirkan layanan keimigrasian yang lebih aman, transparan, dan efisien di salah satu gerbang internasional terpadat di Indonesia.

 

Operasi Jagratara: Tegas di Tanah Nusantara

Tim buletin WANI mendapat kesempatan untuk mengikuti langsung jalannya Operasi Jagratara III yang digelar di Tanjung Benoa, Bali. Operasi ini bukan sekadar operasi rutin pengawasan orang asing, melainkan bagian dari komitmen besar Direktorat Jenderal Imigrasi untuk menjaga ketertiban keimigrasian di seluruh Indonesia. Suasana semangat tampak jelas saat Direktur Jenderal Imigrasi memimpin Apel Gelar Pasukan, didampingi Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar sebagai komandan apel. Di hadapan ratusan petugas imigrasi, Dirjen Imigrasi menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas tetapi tetap humanis. “Kita di sini untuk memastikan keamanan, tapi kita juga hadir dengan wajah yang ramah. Tugas kita bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga merangkul masyarakat,” ujarnya dalam sambutan yang penuh motivasi.

Pada apel ini, Dirjen juga menyerahkan 20 unit mobil dan 20 unit motor patroli baru kepada perwakilan Kantor Imigrasi di berbagai wilayah, termasuk Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya yang mendapatkan satu unit mobil dan satu unit motor. Penambahan armada ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan operasional petugas dalam melakukan patroli dan pengawasan secara lebih efektif di lapangan.

Rangkaian Operasi Pengawasan Jagratara III

Setelah apel resmi berakhir, Operasi Jagratara III dimulai secara serentak pada 7 hingga 9 Oktober 2024. Di Surabaya sendiri, petugas Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya melakukan pengawasan terhadap 30 orang asing dari 13 perusahaan dan satu acara internasional. Dalam operasi ini, beberapa WNA diberikan Surat Tanda Penerimaan (STP) sebagai tindak lanjut untuk diperiksa lebih mendalam di kantor imigrasi.

Namun, salah satu temuan yang cukup menarik perhatian adalah dugaan pelanggaran yang terdeteksi melalui patroli siber imigrasi. Tim siber berhasil menemukan indikasi pelanggaran oleh seorang WNA asal Rusia, yang disebutkan hendak mengikuti pelatihan foto model di sebuah agensi di Surabaya. Hal ini menjadi perhatian karena setiap warga negara asing yang bekerja atau terlibat dalam kegiatan tertentu di Indonesia wajib mematuhi peraturan dan melengkapi diri dengan dokumen keimigrasian yang sah.

Saat petugas melakukan pengawasan di lokasi tersebut, mereka menemukan seorang WNA berinisial DM yang diduga melakukan pelanggaran keimigrasian. Ketika diminta menunjukkan dokumen perjalanan, DM justru menolak untuk bekerja sama. “Sebagai petugas, kita harus memastikan setiap warga negara asing membawa dokumen lengkap. Itu adalah hal yang dasar,” ujar salah satu petugas yang terlibat dalam operasi ini.

Karena sikap tidak kooperatifnya, DM kemudian dibawa ke Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya untuk pemeriksaan lebih lanjut. Berdasarkan hasil investigasi, DM diduga melanggar Pasal 116 Jo Pasal 71 huruf b Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian karena tidak membawa dokumen keimigrasian yang sah.

 

Press Release dan Proses Peradilan

Pada 9 Oktober 2024, Kantor Imigrasi Surabaya mengadakan konferensi pers untuk menyampaikan perkembangan terbaru kasus ini kepada media dan masyarakat. “Kasus ini adalah pengingat bagi seluruh warga negara asing yang tinggal atau beraktivitas di Indonesia untuk selalu mematuhi aturan yang ada,” ujar Kepala Kantor Imigrasi dalam konferensi pers. Ia menambahkan bahwa imigrasi bukan sekadar urusan administratif, melainkan juga bentuk dari kedaulatan hukum Indonesia yang harus dihormati oleh semua pihak.

Setelah melalui proses penyidikan yang dilakukan oleh PPNS Keimigrasian, berkas perkara beserta DM sebagai terdakwa dibawa ke Pengadilan Negeri Surabaya untuk menjalani sidang tindak pidana ringan. Hakim akhirnya menjatuhkan putusan berupa sanksi denda kepada DM. Putusan ini menjadi penegasan penting bahwa ketidakpatuhan terhadap hukum keimigrasian di Indonesia dapat berujung pada sanksi hukum yang nyata.

Relevansi dan Harapan untuk Masa Depan

Kejadian ini menjadi pelajaran penting, terutama di tengah semakin tingginya arus masuk WNA ke Indonesia baik untuk keperluan bisnis, wisata, maupun kegiatan lainnya. Bagi Tim buletin WANI, kasus ini menggarisbawahi perlunya kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara dengan peraturan yang harus dipatuhi oleh semua pihak. Semoga dengan adanya Operasi Jagratara yang konsisten, ketertiban dan keamanan dalam aspek keimigrasian dapat terus terjaga.

Imigrasi Surabaya: Laboratorium Nyata bagi Generasi Hukum Masa Depan

Oleh: Zakia Mulyanda Putri & Prajna Paramitha 

Tim Buletin WANI kali ini berkesempatan untuk bertemu langsung dengan para mahasiswa magang dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti yang tengah menimba ilmu di Kantor Imigrasi Kelas I Surabaya, Zakia dan Prajna. Dengan antusiasme yang tinggi, mereka berbagi kisah mendalam tentang suka-duka menelusuri dunia keimigrasian dan menyelami praktik hukum secara langsung.

Setelah wawancara dan membaca karya tulisan mereka, kami merasakan semangat belajar mereka yang begitu kuat. Artikel ini kami rangkum dari pengalaman nyata mereka, memberikan gambaran bagi pembaca tentang apa yang dialami oleh para calon ahli hukum ini saat berinteraksi langsung dengan kasus-kasus, regulasi, dan prosedur keimigrasian di lapangan. Mari simak kisah inspiratif para mahasiswa ini yang membawa kita pada perjalanan belajar penuh warna dan tantangan dalam meniti karier hukum di era globalisasi.

Menyelami Dunia Keimigrasian di Era Globalisasi

Bagi mahasiswa Fakultas Hukum yang ingin merasakan penerapan ilmu secara langsung, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya menawarkan pengalaman yang sangat berharga. Di sini, mahasiswa belajar tentang penerapan hukum keimigrasian, mulai dari pembuatan paspor dan visa, hingga penanganan kasus yang melibatkan Warga Negara Asing (WNA). Dengan bimbingan langsung dari para praktisi, mahasiswa tidak hanya mengenal teori, tetapi juga belajar mengolah dan menerapkan regulasi dalam berbagai situasi nyata.

Kabag Tata Usaha, Bapak Suyatno, menekankan pentingnya pengalaman lapangan bagi para mahasiswa hukum, “Kami di Kantor Imigrasi selalu mendukung pembelajaran yang aktif. Dengan pengalaman ini, mahasiswa dapat melihat bagaimana hukum bekerja di lapangan, dan belajar menerapkan regulasi yang menjaga kelancaran arus wisatawan sekaligus melindungi kepentingan nasional.”

Mempelajari Intelijen dan Penindakan: Tantangan Baru bagi Mahasiswa Hukum

Selain menangani administrasi keimigrasian, mahasiswa magang juga mendapat kesempatan untuk terlibat dalam proses intelijen dan penindakan keimigrasian. Dalam proses ini, mereka belajar cara mendeteksi pelanggaran izin tinggal dan mengikuti langkah-langkah hukum yang harus diambil. “Ini adalah pelajaran yang berbeda dari apa yang saya pelajari di kelas,” kata Prajna, mahasiswa magang yang penuh semangat. “Melalui pengalaman ini, saya belajar memahami hukum dari sisi yang lebih luas dan memahami pentingnya regulasi imigrasi untuk menjaga stabilitas negara.”

Pengalaman Mendalam di Tengah Atmosfer Profesional

 

Lingkungan Kantor Imigrasi Surabaya yang profesional memungkinkan mahasiswa untuk memahami pentingnya etika kerja dan kerja sama tim. Mereka belajar untuk berkomunikasi dengan baik, menangani dokumen dengan cermat, dan menghadapi berbagai tantangan hukum yang tak terduga. Menurut Zakia, “Di sini, saya bisa merasakan langsung bagaimana atmosfer kerja yang profesional di sebuah instansi pemerintah. Pengalaman ini benar-benar membuka wawasan saya tentang dunia hukum keimigrasian.”

Jaringan dan Peluang Karier yang Meluas

Pengalaman magang di Kantor Imigrasi Surabaya tidak hanya memperluas wawasan hukum para mahasiswa, tetapi juga memberikan kesempatan untuk membangun jaringan. Mulai dari pegawai hingga pejabat, mahasiswa memiliki kesempatan untuk memperluas koneksi di dunia hukum, yang tentunya sangat berguna di masa depan. Interaksi dengan sesama mahasiswa dari berbagai universitas juga memberikan nilai tambah, memperkaya pengalaman sosial mereka selama magang.

Kisah Inspiratif Mahasiswa Hukum yang Siap Menyongsong Masa Depan

Melalui semua pengalaman yang mereka dapatkan, para mahasiswa ini mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang peran hukum keimigrasian di era globalisasi. Mereka tidak hanya belajar, tetapi juga memperluas wawasan mereka tentang penerapan hukum di lapangan. Seperti yang disampaikan Zakia dalam refleksi pribadinya, “Magang di sini adalah kesempatan luar biasa bagi saya untuk mengamati bagaimana hukum bekerja dalam kehidupan nyata. Pengalaman ini menambah semangat saya untuk berkontribusi di bidang hukum keimigrasian di masa depan.”

Dengan berbagai pengalaman yang mereka dapatkan, Kantor Imigrasi Surabaya menjadi tempat yang ideal bagi mahasiswa hukum yang ingin menyelami langsung dunia keimigrasian. Bimbingan langsung, lingkungan yang profesional, dan kesempatan terlibat dalam kasus nyata telah membuat tempat ini sebagai laboratorium nyata bagi generasi hukum masa depan yang siap menyongsong karier di dunia hukum global.

Tegas di Perbatasan: Peran Imigrasi dalam Mengungkap Perdagangan Organ Ilegal

Pagi itu, Terminal 2 Bandara Juanda tampak seperti biasa, ramai dengan lalu lalang penumpang. Di antara antrean panjang di konter imigrasi, seorang pria melangkah maju dengan percaya diri, membawa paspor dan tiket menuju New Delhi. Namun, langkahnya terhenti ketika petugas meminta dokumen tambahan. Dalam sekejap, rutinitas harian petugas Imigrasi Surabaya berubah menjadi awal dari pengungkapan salah satu kasus perdagangan organ ilegal yang mengejutkan.  

 

“Awalnya, dia bilang akan menemani istrinya untuk pengobatan kulit. Tapi kami merasa ada sesuatu yang janggal dari dokumennya,” ujar seorang petugas yang menangani kasus tersebut. Ketelitian mereka memicu serangkaian investigasi yang tidak hanya menggagalkan perjalanan itu, tetapi juga mengungkap jaringan perdagangan organ yang beroperasi lintas negara.  

 

Ketika Dokumen Berbicara  

Kasus ini bermula dari dokumen kesehatan yang terlihat mencurigakan. Alih-alih terkait pengobatan kulit, dokumen tersebut justru merujuk pada prosedur transplantasi ginjal. Rasa penasaran petugas membawa mereka untuk memeriksa lebih dalam. Pesan-pesan digital di ponsel pelaku menjadi pintu masuk menuju jaringan besar yang selama ini tersembunyi.  

 

Dari sini, cerita semakin terurai. Penyelidikan berlanjut hingga menemukan lima Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya yang terlibat. Ada yang berperan sebagai donor, penerjemah, hingga fasilitator yang mengatur perjalanan dan akomodasi ke India.  

 

“Salah satu pelaku, AFH, mengaku bahwa ia pernah menjual ginjalnya sebelumnya. Kini, ia bersama istrinya menggunakan media sosial untuk merekrut donor baru. Mereka menjanjikan uang besar kepada orang-orang yang sedang terdesak secara ekonomi,” ungkap Ramdhani, Kepala Kantor Imigrasi Surabaya.  

Motivasi di Balik Keputusan Berbahaya  

Setiap pelaku membawa cerita pribadi yang mencerminkan kompleksitas masalah ini. MBA, seorang mantan donor, dan istrinya, RAHM, terpaksa terjun ke jaringan ini karena lilitan utang pinjaman online. Judi daring telah merenggut hampir semua yang mereka miliki, meninggalkan mereka dalam keputusasaan yang mendalam.  

 

Di sisi lain, NIR, yang berperan sebagai penerjemah, mengaku tidak mengetahui bahwa pekerjaannya melibatkan aktivitas ilegal. “Saya pikir saya hanya membantu menerjemahkan untuk pasien yang membutuhkan pengobatan,” ucapnya dalam pemeriksaan.  

 

Cerita-cerita ini bukan hanya potret individu, tetapi juga cermin dari bagaimana ekonomi, kurangnya edukasi, dan eksploitasi dapat mendorong seseorang ke jalur yang salah.  

 

Menelusuri Jejak Jaringan Global  

Perdagangan organ ilegal adalah kejahatan transnasional yang terorganisir dengan baik. Sindikat ini memanfaatkan kerentanan ekonomi korban dan kelemahan dalam sistem hukum berbagai negara. Dalam kasus ini, India menjadi lokasi favorit karena lemahnya regulasi terkait transplantasi organ.  

 

“Ini adalah masalah global. Sebagai bangsa, kita harus memastikan bahwa warga negara kita tidak menjadi korban eksploitasi seperti ini,” kata Ramdhani dengan tegas.  

 

Kerja keras dan ketelitian petugas Imigrasi menjadi kunci dalam mengungkap kasus ini. Berkat kejelian mereka, jaringan yang awalnya tampak kecil ini berhasil terbongkar, membuka mata banyak pihak akan bahaya perdagangan organ ilegal yang mengancam keselamatan warga negara.

 

Lebih dari Sekadar Penjaga Perbatasan  

Kasus ini menunjukkan bahwa peran Imigrasi tidak hanya sebatas memeriksa dokumen perjalanan. Di balik meja konter, ada tanggung jawab besar untuk melindungi keselamatan dan martabat warga negara. Kejelian petugas, didukung dengan teknologi dan kerja sama lintas instansi, menjadi garis pertahanan pertama melawan kejahatan lintas negara.  

 

“Kami di sini bukan hanya untuk memeriksa paspor. Kami di sini untuk memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban kejahatan transnasional,” tegas Ramdhani.  

 

Pesan yang Lebih Besar  

Keberhasilan ini adalah cerita tentang tanggung jawab, keberanian, dan komitmen. Di tengah hiruk-pikuk bandara yang tak pernah tidur, ada tim yang bekerja tanpa henti untuk menjaga keamanan negara. Bagi mereka, setiap paspor adalah cerita. Setiap dokumen yang diperiksa adalah langkah kecil menuju perlindungan warga negara dari ancaman global. Dan pagi itu, di Bandara Juanda, langkah kecil tersebut menjadi sebuah langkah besar.

 

Oleh: R. Dedy Chairil Z

Peringati Hari Korpri ke-53, Imigrasi Surabaya Bagikan 130 Paket Makanan Bergizi

SURABAYA (RadarJatim.id) Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kementerian Imipas) menggelar kegiatan bakti sosial serentak di seluruh kantor imigrasi, rumah detensi, rumah tahanan, dan lembaga pemasyarakatan di Indonesia.

Inisiatif ini digelar sebagai bagian dari implementasi 13 Program Akselerasi yang dicanangkan untuk mendukung arahan Presiden RI Prabowo Subianto dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tak mau ketinggalan, bersamaan dengan dengan peringatan Hari Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke-53, kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya menggelar acara tersebut di area Masjid Baitul Karim pada Jumat, 29 November 2024.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya, Ramdhani, menyebutkan bahwa aksi ini ditujukan untuk masyarakat sekitar, dari anak-anak hingga lansia. “Kami membagikan makanan bergizi berupa nasi kotak, yang berisi terdiri dari nasi, sayur, lauk berupa daging, buah pisang, dan jus buah dengan berbagai pilihan,” ujar Ramdhani.

Lanjut Ramdhani, jumlah penerima makanan bergizi kali ini sebanyak 130 orang.

Ia pun berharap kegiatan ini bisa terlaksana secara berkelanjutan serta meningkatan kepedulian antar sesama. Selain untuk mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat, melalui kegiatan ini mampu menjadi langkah kecil menuju perubahan besar bagi kesejahteraan bersama.

“Dengan terlaksananya kegiatan ini kami berharap dapat meningkatkan rasa kepedulian dan berbagi kepada masyarakat terutama di lingkungan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya,” terangnya.

Sementara itu, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, menambahkan bahwa bakti sosial tersebut bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi wujud nyata dari kehadiran pemerintah di tengah masyarakat.

“Melalui program ini, kami ingin menunjukkan bahwa kementerian tidak hanya bekerja melalui kebijakan, tetapi juga hadir secara langsung untuk memberikan manfaat nyata. Kegiatan ini menjadi salah satu langkah akselerasi kami dalam mendukung kesejahteraan masyarakat,” kata Agus.

Menurut Agus, ada lebih dari 14.000 paket makanan bergizi telah dibagikan secara serentak di seluruh Indonesia pada hari ini. Program ini dirancang untuk berlangsung secara rutin setiap hari Jumat, dengan menyasar masyarakat prasejahtera di sekitar unit kerja Kementerian Imipas.

Agus juga menyoroti peran strategis Kementerian Imipas dalam mendukung pembangunan masyarakat. Selain melalui kebijakan, seperti kemudahan visa untuk investasi dan paspor nol rupiah bagi calon pekerja migran Indonesia, kegiatan seperti bakti sosial ini menjadi wujud nyata kontribusi kementerian terhadap kesejahteraan bangsa.

“Kami ingin masyarakat merasakan langsung kehadiran pemerintah. Inisiatif ini akan terus kami galakkan sebagai bagian dari komitmen membangun Indonesia yang lebih sejahtera,” pungkas Agus. (RJ1/RED)

Imigrasi Surabaya Sabet Empat Penghargaan di AHII 2024, Kisah Kerja Keras dan Kebanggaan Tim

TIMESINDONESIA,  SURABAYA – Suasana malam di Grand Ballroom Ayana Midplaza Hotel, Kamis, 28 November 2024, dipenuhi tepuk tangan meriah. Di tengah gemerlap lampu dan sorotan kamera, nama Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya disebut berkali-kali. Dalam ajang bergengsi Anugerah Humas Imigrasi Indonesia (AHII) 2024, mereka membawa pulang empat penghargaan sekaligus, sebuah pencapaian yang tidak hanya membanggakan, tetapi juga penuh makna. Diterima langsung oleh Kepala Kantor Imigrasi Surabaya, Ramdhani, penghargaan demi penghargaan itu menjadi simbol keberhasilan tim yang telah bekerja keras selama setahun terakhir. Dengan senyum lebar dan mata yang berbinar, Ramdhani melangkah ke panggung untuk menerima penghargaan yang diserahkan oleh Plt Direktur Jenderal Imigrasi, Saffar Muhammad Godam.

“Ini adalah hasil kerja keras bersama,” ucap Ramdhani, dengan suara yang bergetar oleh rasa bangga. Ia menatap hadirin dengan ekspresi penuh rasa syukur. “Apa yang kita raih hari ini adalah buah dari dukungan dan kerja sama tim. Terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi untuk menjadikan kantor ini lebih baik.”

Empat Penghargaan Bergengsi

Prestasi yang diraih Kantor Imigrasi Surabaya mencakup:

1. Juara 3 kategori Media Darling atas pengelolaan media eksternal yang aktif dan strategis, baik melalui media internal maupun eksternal.

2. Juara 2 kategori The Most Caring One, penghargaan untuk layanan informasi dan pengaduan masyarakat yang dinilai responsif dan inovatif.

3. Juara 2 kategori Video Company Profile, yang menunjukkan keunggulan dalam menyampaikan identitas kantor melalui media visual.

4. Juara 2 kategori Best Creator, penghargaan yang diterima oleh Yana Fitri Mawadatun Warrahmah, sebagai pengakuan atas kreativitas dalam konten digital.

Setiap kategori mencerminkan usaha yang tidak sebatas formalitas, tetapi juga pendekatan manusiawi dalam melayani masyarakat.

Motivasi dari Pemimpin Tertinggi

Plt Direktur Jenderal Imigrasi, Saffar Muhammad Godam, yang turut hadir malam itu, menyampaikan harapannya agar penghargaan ini menjadi pemacu semangat bagi humas Imigrasi di seluruh Indonesia. “Mari bersama-sama membangun citra positif Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai instansi pelayanan publik yang memberikan yang terbaik. Bravo Humas Imigrasi, menata citra gapura Indonesia,” ujar Godam dengan nada optimis, disertai senyum penuh semangat.

Bagi Ramdhani, yang merupakan alumni Akademi Imigrasi (AIM) angkatan ke-4, penghargaan ini bukan sekadar simbol keberhasilan, tetapi juga bukti nyata bagaimana kerja keras, inovasi, dan kolaborasi mampu membawa perubahan signifikan. Dengan gestur yang penuh kehangatan, ia menyapa satu per satu anggota timnya yang hadir, menegaskan rasa terima kasih dan kebanggaannya kepada mereka.

Ajang AHII 2024 ini menjadi momentum refleksi dan apresiasi bagi kehumasan Imigrasi di seluruh Indonesia. Dari sinilah lahir motivasi baru untuk terus memberikan yang terbaik, bukan hanya demi prestasi, tetapi juga untuk melayani masyarakat dengan sepenuh hati. (*)

 

Indonesia Promosikan Desain Paspor Merah Putih di Simposium ICAO

Montreal, Kanada – Paspor Indonesia desain baru dengan tema kekayaan budaya nusantara resmi diperkenalkan dalam Simposium program identifikasi pelancong ICAO (TRIP) di Montreal, Kanada. Acara yang berlangsung pada 13 s.d. 15 November 2024 ini dihadiri oleh perwakilan dari 193 negara anggota ICAO – termasuk Indonesia – dan membahas isu-isu terkini dalam pengelolaan identitas pelancong.

Direktur Kerja Sama Keimigrasian, Anggiat Napitupulu, yang hadir sebagai panelis dalam simposium tersebut memaparkan mengenai fitur paspor elektronik generasi terbaru yang tidak hanya berfungsi sebagai dokumen perjalanan, tetapi juga sebagai representasi identitas dan budaya Indonesia.

“Paspor RI yang baru dilengkapi dengan berbagai fitur keamanan canggih. Jadi penggunaan 33 motif batik tradisional yang dicetak dengan teknologi khusus bukan hanya untuk alasan estetika semata melainkan juga alasan keamanan,” tutur Anggiat. Anggiat juga menyebutkan bahwa chip paspor yang terhubung dengan antena radio memungkinkan penyimpanan data biometrik dan tanda tangan digital pemegangnya lebih aman.

“Halaman biodata yang terbuat dari polikarbonat juga membuat paspor ini lebih tahan lama dan sulit dipalsukan,” sambungnya.Dalam simposium tersebut, dibahas lebih lanjut mengenai teknik morphing, yang menjadi ancaman bagi keamanan dokumen perjalanan internasional. “Morphing memungkinkan seseorang untuk menggabungkan wajah dua orang yang berbeda pada sebuah foto sehingga dapat digunakan untuk memalsukan identitas. Untuk mengantisipasi ancaman ini, negara-negara di dunia terus mengembangkan teknologi dan prosedur keamanan yang lebih canggih, tidak terkecuali Indonesia,” tutur Anggiat.

Indonesia telah bergabung dengan jaringan Public Key Directory (PKD) ICAO sejak tahun 2019. PKD merupakan repositori pusat yang dikendalikan oleh ICAO sebagai media otentifikasi dokumen perjalanan setiap negara yang terdaftar dan sesuai dengan format mesin pembaca dokumen perjalanan guna memastikan validitasnya.

Keanggotaan ini memungkinkan Indonesia untuk bertukar informasi dengan negara lain terkait verifikasi keaslian dokumen perjalanan dan meningkatkan kerja sama dalam memerangi kejahatan lintas negara yang melibatkan penyalahgunaan dokumen.

“Kita sudah tergabung dalam jaringan Public Key Directory (PKD) ICAO. Dengan demikian, paspor kita telah terdaftar dalam sistem informasi perjalanan internasional dan dengan demikian informasi mengenai dokumen perjalanan tersebut akan dishare ke seluruh perlintasan internasional anggota ICAO yang telah mendaftar PKD,” jelas Anggiat.

Lebih lanjut Anggiat menekankan bahwa desain baru paspor Indonesia menjadi upaya dari Imigrasi Indonesia untuk memperkuat paspor Republik Indonesia. “Penggunaan kombinasi fitur pengaman, bahan baku, dan teknik terbaru lainnya sesuai standar ICAO menjadi perhatian utama untuk memastikan bahwa paspor dapat terlindungi selama digunakan untuk melakukan perlintasan antar negara sekaligus juga menjadi duta budaya Indonesia dengan desainnya yang indah,” tutup Anggiat.