Di Balik Gitar dan Seragam: Novrian Jaya, Harmoni Impian dan Dedikasi Negeri

Oleh: Rizal Rahmat Darmawan

Di bawah terik panas Sidoarjo, Tim Buletin Wani! berkesempatan untuk berbincang dengan Novrian Jaya, sosok sentral di bidang pengawasan dan penindakan keimigrasian. Sebagai Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Imigrasi (Inteldakim), perannya sangat penting dalam memastikan kepatuhan warga negara asing terhadap hukum di Surabaya.

Saat kami memasuki ruang kerjanya, suasana terasa hangat meski formal. Ada satu benda yang mencuri perhatian kami: gitar dengan sound amplifier yang terpasang rapi. “Silakan masuk,” sapanya ramah. Ketertarikan kami pada gitar itu mencairkan suasana, dan Novrian tersenyum ketika menjelaskan, “Iya, saya suka bermain musik, cukup lihai main gitar,” ujarnya seraya memperlihatkan gitarnya.

Semasa muda, ternyata Novrian pernah bercita-cita menjadi musisi. Terinspirasi oleh kakaknya yang memiliki koleksi kaset musik rock tahun 90-an, kecintaan itu tidak pernah benar-benar hilang meski akhirnya ia memilih berkarir di bidang imigrasi. 

Nama Penuh Makna

Dalam percakapan kami, Pak Novrian menceritakan asal-usul namanya yang ternyata memiliki kisah unik. “Nama saya, Novrian Jaya, diambil dari ‘November’ dan ‘Irian Jaya’. Ketika saya lahir, ayah sedang berdinas di Papua, dan ibu turut menemani,” kenangnya. Meskipun belum pernah kembali ke Irian Jaya, tempat itu tetap menyimpan makna khusus dalam hidupnya.

Pengaruh Keluarga dan Perjalanan Hidup

Lahir di Papua dan tumbuh besar di Jakarta, Novrian menempuh pendidikan dasar hingga menengah di ibu kota.  Lulus SMA pada tahun 2000, ia bergabung dengan Akademi Imigrasi (AIM) untuk mengejar karir yang lebih stabil. Selama di AIM, prestasinya gemilang hingga memperoleh beasiswa dari kerjasama AIM dengan Universitas Padjadjaran (UNPAD) untuk melanjutkan studi S1 Hukum. Dengan tekad yang tinggi, Novrian berhasil membagi waktu antara tugas di Direktorat Jenderal Imigrasi dan studi hukumnya.

Sebagai putra seorang ASN yang sering bertugas berpindah-pindah, Novrian bercerita bagaimana momen kepulangan sang ayah selalu dirindukan oleh keluarganya. “Ayah adalah petugas imigrasi yang sering ditugaskan ke berbagai wilayah Indonesia, sementara kami tinggal di Jakarta bersama ibu,” tuturnya. Kenangan itu membuat Novrian kini menghargai setiap waktu bersama keluarganya, sama seperti kebersamaan yang ia rindukan saat kecil.

 

Meniti Tangga Karir dengan Semangat Kekeluargaan

Novrian menjalani berbagai penempatan di Indonesia, dan setiap lokasi memberikan tantangan tersendiri. Salah satu pengalaman yang berkesan baginya adalah saat bertugas di Maumere, di mana ia menghadapi beragam masalah yang memacu semangatnya untuk bekerja lebih keras. “Di setiap tempat tugas, saya berusaha menerapkan sistem kekeluargaan,” jelasnya. Menurutnya, hubungan baik antaranggota tim adalah kunci keberhasilan.

Di Kantor Imigrasi Surabaya, terutama di bidang Inteldakim, Novrian bertekad membangun dan mempertahankan rasa kekeluargaan yang erat untuk menghadapi tugas-tugas pengawasan. “Wilayah kerja yang luas dan jumlah warga negara asing yang banyak membuat tantangan di lapangan sangat tinggi, jadi kita butuh tim yang solid,” katanya.

Menantang Diri untuk Masa Depan

Saat kami menanyakan rencana masa depannya, Novrian dengan tegas menyatakan keinginan untuk terus berkarir di instansi ini. “Saya suka tantangan dan selalu tertarik menyelesaikan masalah baru. Harapan saya, dalam posisi yang lebih tinggi nanti, saya bisa bertemu tantangan yang lebih besar dan terus berkembang,” ungkapnya penuh semangat.

Kisah Novrian mengajarkan bahwa perjalanan karir adalah pencapaian yang bisa diraih, namun peran sebagai sosok ayah juga tak kalah penting. Meskipun kerap jauh dari keluarga, ia menghabiskan waktu berharga bersama anak-anak dan istrinya saat pulang, memberi perhatian yang ia yakini turut membentuk karakter mereka kelak. Bagi Novrian, warisan terpenting bukan hanya kesuksesan karir, tapi juga kehadiran yang mampu membimbing keluarganya untuk menjadi pribadi yang membanggakan di masa depan.